Senin, 23 November 2009

stop dreaming = stop your life

Bangun siang, tidur pagi….bangun siang lagi, tidur pagi lagi…beginilah hidup saya saat ini. Belum punya pekerjaan, tugas akhir masih berantakan, F**k, ingin rasanya saya teriak kencang-kencang tentang nasib saya ini. Teriak kepada siapa? Tuhan? Sepertinya Ia tidak salah…saya ingin teriak pada diri saya sendiri. Saya sudah muak dengan kehidupan seperti ini. Meskipun harus disukuri, untuk hidup sehari-hari saya masih menumpang dengan orang tua. saya tidak tahu harus bersyukur atau malu pada diri saya. Entahlah…
Curhat lagi, saya tidak peduli… Saya hanya ingin berubah, berubah seperti apa, saya juga tidak tahu…berubah ke arah yang lebih baik?? sampai saat ini saya tidak tahu hal “baik” untuk saya itu seperti apa. Yang pasti saya ingin cepat-cepat menyelesaikan kuliah saya, mendapatkan pekerjaan dan hidup mapan. Ya…mapan, persetanlah dengan orang-orang yang menganut anti-kemapanan, saya ingin punya pekerjaan yang saya sukai, lagipula saya juga tidak terlalu mengerti dengan ideologi-ideologi seperti itu.
Saya seperti lupa bagaimana caranya berkenalan dengan orang baru…I don’t know why, but I felt like I can’t make another new friends. Sucks huh…Saya benci dengan sebagian diri saya yang bangga karena mengidolakan Kurt Cobain, yang notabene digembar gemborkan sebagai sosok penyendiri. Kalau bisa diulang, mungkin semasa SMA dulu saya pasti akan mengidolakan sosok yang lebih periang. Apa contohnya yah…mmm… boyband, rapper, hip-hop with bling-bling??? (Iyyucckksss…..). saya berubah pikiran, saya bersyukur mengidolakan kurt cobain.^^
Mungkin bagi sebagian orang-orang diluar sana, masa yang saya alami ini pernah mereka lalui. Bosan dengan kehidupannya. Semua yang diimpikannya tidak berjalan mulus. Ya...saya punya mimpi…saya punya berjuta-juta mimpi dalam hidup saya. Saya tidak takut untuk bermimpi, karena memang menyenangkan. Saya sering bermimpi, seandainya saya punya band rock yang hebat…saya sering bermimpi tentang bagaimana saya menjadi penulis buku lalu menulis cerita yang luar biasa, saya sering bermimpi tentang kehidupan yang menyenangkan nanti dimasa depan. Punya rumah mewah, pekerjaan menyenangkan, have a lot of kids, lot of money dan lain-lain lah. Dan harus saya akui, beberapa mimpi tersebut sudah saya lepas begitu saja. Saya sudah tidak berada di band manapun sejak setaun terakhir. Gitar saya sudah menjadi pajangan berdebu dikamar saya. Kalau kata teman-teman saya, saya sudah membunuh mimpi. Saya sendiri tidak bisa membedakan batas antara mimpi dan realita. Banyak orang mengatakan kalau bermain music rock di Negara ini tidak akan pernah sukses. Lagian siapa juga yang mau mendengar orang teriak-teriak. Dan bodohnya saya percaya dengan doktrin-doktrin seperti itu.
Lalu mungkin nanti saya juga harus melepas mimpi-mimpi saya yang lainnya karena terbentur masalah “realita”. Ahhh bulls**t…sekarang saya mengerti kenapa mereka sering bertanya “so tell me the reality is better than the dream….”.
Tapi tunggu, sepertinya ada yang salah dengan postingan ini, saya berbicara seolah-olah saya akan meninggal besok. Saya berbicara seperti seakan-akan umur saya sudah kepala 5, yang harus banyak berdoa supaya lebih dekat dengan Tuhan.
saya tidak setua itu untuk menulis smua hal ini. I’m only 22, and I’m much too young to let my dream killed by“the reality”. Mungkin nanti jika saya sudah kepala 4 dan semua yang saya cita-citakan tidak terwujud juga. Baru saya kembali meneruskan postingan ini.
Baiklah, cukup sudah dengan semua keluhan saya. Ahh..bodohnya saya menulis ini. Mmm…oke…saya akan mulai kembali menyelesaikan tugas akhir saya, entah bagaimana hasilnya nanti. at least I tried…kemudian saya juga akan mulai membuat riff2 gitar lagi. Entah nantinya saya akan mempunyai band terkenal atau tidak. Saya juga akan mulai membuat satu cerita yang (menurut saya) hebat. Entah nantinya saya bisa menjadi sehebat penulis-penulis diluar sana atau tidak. Dan saya akan terus bermimpi….
But hey….sepertinya saya baru menyadari, bermimpi sambil melakukan ternyata jauh menyenangkan. Entah bagaimana hasilnya nanti, saya tidak peduli. Sepertinya “proses” menuju itu semua jauh lebih menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar